Beranda » ageming ati » prasangka

prasangka

Semalam, ponsel saya berteriak. Namun, baru sempat saya baca ketika sahur tadi. Sebuah pesan singkat masuk. Isinya arti potongan ayat untuk menjauhi sebuah prasangka. Secara refleks saya membalasnya dengan berterima kasih atas tausyiah tersebut. Lantas saya berpikir. Prasangka, syak wasangka, atau curiga memang berujung pada dosa. Sebagai seorang muslim saya tidak sedikit pun menyangsikannya. Namun, sebagai manusia yang diberikan logika berpikir kritis.
Curiga dalam KBBI bermakna berhati-hati atau berwaswas. Kata ini juga bisa diartikan sebagai rasa kurang percaya atau sangsi terhadap kebenaran atau kejujuran seseorang bisa jadi karena takut dikhianati. Sementara kata “prasangka” pun tidak jauh berbeda. Morfem tersebut dapat diartikan sebagai sebuah pendapat (anggapan) yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri.
Apa yang salah dengan sebuah kecurigaan atau prasangka? Semua orang menyalahkan orang yang memiliki prasangka. Sementara mereka, orang-orang yang menimbulkan prasangka, tidak pernah dipersalahkan. Mereka dengan seenaknya membiarkan orang lain memiliki prasangka yang notabene adalah sebuah DOSA alias A SIN. Jika seseorang yang berprasangka bisa disebut sebagai pendosa, lantas seseorang yang membuat seseorang memiliki prasangka disebut apa? Nenek moyangnya dosa. Sebab, dialah yang membiarkan seseorang memiliki prasangka.
Mengapa mereka sang penebar prasangka tidak mau memaparkan hal-hal yang memang bisa menimbulkan prasangka? Memang tidak semua hal harus dijelaskan lewat kata, tapi seakan mereka membiarkan orang-orang semakin terjerembab dalam prasangka-prasangka alias dzon-dzon. Mereka tidak sadar bahwa dengan munculnya prasangka dalam diri seseorang tidak hanya menimbulkan dosa dalam dirinya, tapi juga sebuah siksaan karena terus bertanya-tanya atas hal yang sejatinya terjadi. Dan, mengapa Allahurabbi tidak memberikan “ganjaran” yang lebih berat pada seseorang yang menimbulkan prasangka?
Saya menjadi ingat dengan Hamlet yang akhirnya membunuh karena sebuah penasaran. Bisa jadi itu pun akan terjadi pada diri seseorang yang memiliki kecurigaan. Inilah fungsi pelurusan alias tabayyun. Sebuah momen untuk meluruskan hal-hal yang menjadi kita berpikir atas kecurigaan atau prasangka.
Bukan maksud hati untuk menyangsikan firman Tuhan. Namun, alangkah baiknya jika kita tidak membiarkan orang-orang lain berbuat dosa dengan sebuah prasangka. Betapa berdosanya kita jika membiarkan seseorang berkubang dalam dosa karena kebungkaman kita.
wallahu’alambishawab

Tinggalkan komentar